Apa yang ada dibenak anda saat kata SAMPAH melintas diotak? kotor,jijik, bau, tidak berguna, dan harus dibuang. Pemikiran ini sama sekali tidak salah. Karena inilah yang ada di benak kita semua,sejak kita kecil lalu menjadi habit dan akhirnya membentuk pola pikir kita.
Pola pikir ini pula lah yang akhirnya membentuk perlakuan kita terhadap sampah. Pokoknya, harus dibuang, dengan cara apapun. Dan secara tidak langsung, membentuk sikap tidak mau tahu terhadap apa yang terjadi selanjutnya.
Berangkat dari keprihatinan tentang paradigma inilah yang akhirnya membuat satu kota di Swedia yaitu Boras, mencanangkan program untuk mengubahnya. Sejak tahun 1986,program pengelolaan sampah menjadi bentuk lain yang memiliki nilai lebih dimulai. Dan seperti yang dikatakan Prof. Teharzadeh dari Boras University, hal yang paling sulit dari program ini adalah mengubah Habit dan Pola pikir. Ini adalah pekerjaan yang paling menguras energi.
Yang patut ditiru adalah pola network dan kerjasama yang sinergi dari pihak Municipal (pemerintah Kota) , Pendidikan (University of Boras, Sweden), Pengusaha dan juga Masyarakat. Masing-masing pihak memiliki peran yang sama pentingnya. Masyarakat dianjurkan untuk mulai memilah sampah dari sumber (rumah), sementara pemerintah kota menyediakan tempat sampah untuk 7 kemasan berbeda dan membelinya. Jika Masyarakat tidak memilah, pemkot memberikan Punishment. Hazardous Waste (baterai,plastik,elektronik) kemudian dibeli oleh pihak pengusaha setempat , dan pihak universitas bertugas untuk memberi input dan pendidikan juga advise sesuai dengan kapasitasnya.
Proses selanjutnya, sampah yang sudah dipilah lalu diangkut ke ”pabrik pengolahan” yang terletak tepat ditengah kota. Disini, Sampah kering dicacah lalu dibakar pada suhu 8000C dan dikonversi menjadi energi lain yaitu Listrik. Sementara Sampah basah diolah dikonversi menjadi biogas. Energi hasil konversi ini lalu dijual kembali ke masyarakat. Untuk biogas sendiri dibeli oleh Mr. Ole ,Pengusaha yang memiliki bus bertenaga biogas. Awalnya tahun 2004,bus biogas ini hanya berjumlah 1 buah. Tapi empat tahun kemudian (2008) jumlahnya meningkat menjadi 39 buah.
Dari kerjasama ini akhirnya kota Boras menjadi kota yang berhasil mereduksi jumlah landfill hingga 0%. Artinya, tidak ada sampah yang dibuang ke TPA karena 100% sampah sudah berhasil diolah dan dikonversi menjadi produk lain yang memiliki nilai lebih.
Nah,ini juga yang ingin ditiru oleh kami, segelintir orang di kota bandung. Tapi, mampukah semua pihak duduk satu meja dan mencari solusi yang terbaik demi kota bandung? Karena menurut Prof. Taherzadeh sendiri, kata kuncinya terletak pada Integritas, Motivasi dan Network. Berarti, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk meniru apa yang sudah dilakukan di Boras kan?
(dari Lokakarya Waste Refinery, 24 Oktober 2008, Jurusan Teknik Kimia )